Halaman

Sabtu, 13 Mei 2017

Ayo Kembalikan Remaja ke Masjid

LTM PBNU: Ayo Kembalikan Remaja ke Masjid!
Ahad, 15 Januari 2017 15:30

Brebes, NU Online
Kecenderungan sebagian remaja Indonesia memilih tongkrongan di mal ketimbang beraktivitas di masjid merupakan kenyataan yang memprihatinkan. Perlu sebuah terobosan agar mereka bisa kembali ke masjid, sehingga rumah ibadah umat Islam ini semarak karena banyaknya aktivitas positif para remaja.

Keprihatinan tersebut disampaikan Wakil Sekretaris Lembaga Ta'mir Masjid (LTM) PBNU Ali Sobirin di sela Latihan Kader Penggerak NU di Desa Jagalempeni, Kecamatan Wanasari, Kabupaten Brebes, Jawa Tengah, Sabtu (14/1/17).

Menurutnya, 95 persen masjid dan mushala sepi kegiatan remaja, termasuk aktivitas pendidikan, apalagi kegiatan ekononomi. Paling banter, kata Ali, hanya kegiatan shalat maghrib, isya, dan subuh dalam jumlah jamaah yang amat sedikit, serta shalat jumat.

Fungsi masjid sebagai pelayan jamaah, lanjutnya, belum maksimal dan ini perlu revitalisasi fungsi masjid dengan terlebih dahulu menyadarkan mengurus atau tamir masjid sebagai penyambung tangan rahmat Allah SWT. “Problem ini harus kita pecahkan bersama agar masjid tidak sepi pemuda, yang tentunya dengan meluncurkan program yang komunikatif seperti tersedianya wi-fi,” tuturnya.

Ali Sobirin berkeyakinan, bila para remaja dan pemuda sudah senang datang di sekitar masjid, lambat laun akan ada hidayah buat mereka. Bolehlah mereka awal-awalnya tidak ikut shalat karena masih asyik dengan wi-fi, tapi setidaknya mereka mendengarkan adzan, melihat orang shalat dan tentunya akan tergerak meringankan langkah menuju ke masjid. “Kenapa mereka milih ke mal? Karena mal menyediakan kebutuhan ekspresi pemuda,” ungkapnya.

Dalam kaitan ini, lanjutnya, pihaknya melakukan training di 17 provinsi dan 40 kabupaten tentang revitalisasi fungsi masjid untuk kesejahteraan umat. Dia mengajak bergerak bareng, antara lain dengan Gerakan Infak Shadaqah Memakmurkan Masjid (Gismas) dan Bersih Bersih Masjid (BBM). Gismas yang merupakan tradisi jimpitan bagi warga NU dinilai sangat mudah dilakukan dan pemanfaatannya tidak hanya untuk fisik masjid, tetapi juga kegiatan ekonomi masyarakat desa setempat. “Beberapa daerah sudah melakukannya dan hasilnya sangat memuaskan dan mendapat dukungan penuh dari masyarakat termasuk para remaja masjidnya,” pungkasnya.

Panitia Latihan Kader Penggerak NU tingkat MWC NU Wanasari Sururi mengatakan, kegiatan internal ini diikuti 50 peserta perwakilan dari pengurus ranting se-Kecamatan Wanasari. Mereka mendapatkan materi selama 4 hari dengan narasumber dari PCNU, PWNU, dan PBNU. “Kami berharap, peserta bisa menjadi kader NU yang militan dan mampu mengaplikasikan materi yang didapat dalam kehidupan sehari-hari,” tambahnya.


Sumber : http://www.nu.or.id